PAXIOO

PAXIOO
PAXIOO COMMUNITY

Saturday, 4 October 2014

Pertemuan X - Eksistensialisme menurut Kierkegaard

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pokok utamanya adalah manusia dan cara berada manusia yang khas di tengah makhluk-makhluk lainnya. Jiwa eksistensialisme ialah pandangan manusia sebagai eksistensi.
      Secara Etimologis : ex = Keluar, sistensia (sistere) = berdiri. Manusia bereksistensi = manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya. Pusat seseorang terletak di luar dirinya dan sibuk dengan sesuatu yang lain di luar dirinya. Maka eksistensialisme dari segi isi bukan satu kesatuan, tetapi lebih merupakan gaya berfilsafat. 

     Beberapa tokoh filsafat yang menganut gaya eksistensialisme, yaitu Kierkegaard, Edmund Husserl, Martin Heidegger, Gabriel Marcel, Jean Paul Sartre.

CIRI-CIRI EKSISTENSIALISME :
1. Motif pokok adalah eksistensi, cara manusia berada.


2. Bereksistensi diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti merencanakan, membuat, menjadi dan menciptakan diri secara aktif. 


3. Manusia dipandang terbuka dan terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesama. 


-Kierkegaard-

Lalu, siapa Kierkegaard itu? Dia dikenal sebagai Bapak Eksistensialisme, aliran filsafat ini berkembang 50 tahun setelah kematiannya. Tahun 1855, Kierkegaard meninggal sebagai orang religius dan dipandang sebagai tokoh di gerejanya.

POKOK-POKOK AJARAN KIRKEGAARD : 


1. Dia bosan dengan pemikiran Hegel, ia memandang Hegel sebagai pemikir besar tetapi satu hal yangh dilupakan yaitu eksistensi manusia sebagai individual konkrit. Manusia tidak dapat dibicarakan “pada umumnya” atau “menurut hakikatnya” karena manusia pada umumnya tidak ada. 


2. Yang ada adalah manusia konkrit yang semuanya penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan. 


3. Eksistensi bagi Kirkegaard adalah mere
alisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya. 
4. Hanya manusia bereksistensi karena dunia,binatang dan sesuatu lainnya hanya “Ada.” Manusia bereksistensi, yakni menjadi (dalam waktu) seperti ia (akan) ada (secara abadi) 

5. Maka menurut Kirkegaard ada 3 cara bereksistensi, yaitu :
a. Sikap Estetis : merengguh sebanyak mungkin kenikmatan yang dikuasai oleh perasaan. Cara hidup yang amat bebas. Manusia harus memilih hidup terus dengan kenikmatan atau meloncat ke tingkat lebih tinggi lewat pilihan bebas.
b. Sikap Etis : Sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah dalam hidupnya. Cirri khasnya menerima ikatan perkawinan.
c. Sikap Religius : berhadapan dengan Tuhan yang melebihi keberadaan manusia. Manusia secara religius percaya pada Allah.
pernyataan dari Parmenides hingga Hegel : “berpikir sama dengan berada “ ditolak oleh Kierkegaard, karena menurutnya “Percaya itu sama dengan menjadi “. Disini dan kini manusia percaya menentukan bagaimana dia akan ada secara abadi.

Waktu dan keabadian
      Setiap orang adalah campuran dari ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia adalah gerak menuju Allah tapi juga terasing dari Allah. Manusai hidup dalam 2 dimensi, yaitu keabadian dan waktu. Keduanya bertemu ketika titik dimana waktu dan keabadian bersatu.

Subyektivitas dan Eksistensi sebagai Tugas
      Eksistensi bukan sekadar fakta tapi juga sebagai suatu tugas. Bila sebagai tugas maka harus dihayati sebagai suatu yang etis dan religius dan dijalani dengan tanggungjawab. Eksistensi sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan sendiri.

Publik dan Individu 
      Pendapat umum kerap didukung oleh khalayak ramai yang anonym belaka. Dalam publik bagi Kierkegaard hanya abstraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata. Kierkegaard bukan menolak adanya kemungkinan bagi manusia bergabung dengan yang lain, tetapi baginya hanya setelah individu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dapat disarankan.


Sumber : Power Point Pertemuan X ( Eksistensialisme menurut Kierkegaard) yang dibuat oleh Tim Dosen KBK Filsafat Universitas Tarumanagara.

No comments:

Post a Comment